Sunday, January 18, 2009

Gerimis mengundang Hujan

Bulan januari ini curah hujan luar biasa deras dan lebat. Buliran buliran airnya cukup menyakitkan kulit bila terkena. Sepanjang hari bahkan sepanjang pekan bisa hujan non-stop. Cuaca suka berubah semaunya, sebentar hujan kemudian terang, eh tak berapa lama mendung lagi. Sepertinya inilah penyebab utama kenapa perasaan selalu moody. Aktifitas diluar banyak yang terbengkalai, bahkan agenda kegiatan yang sudah dirancang jauh-jauh hari bisa mendadak batal karena hujan yang suka muncul tiba-tiba. Harusnya minggu ini adalah minggu intensif-ku untuk mengunjungi perpustakaan—mencari hidayah dan sumber informasi demi keberlangsungan proposal tesis-ku. Namun sayang karena hujan dan alasan cliché penyebab hujan aku batal sama sekali menginjakkan kaki ke perpustakaan. Yang ada sekarang aku ketar-ketir jantungan karena hanya menghasilkan satu judul proposal. Haduh, Gusti Pangeran gimana ini…semakin kencang detak jantungku mengingat jadwal deadline semakin mampet otak ini untuk diajak kerjasama, duh!


Tapi keanehan bulan Januari yang membawahi hari-hariku bukan hanya menyangkut urusan studi saja, tapi juga urusan hati. Kok, belakangan ini perasaanku luar biasa melankolis, unbelievable banget deh pokoknya. Kalau Indonesia punya film yang berjudul “Mendadak Dangdut”, maka Makassar punya “Pujangga Dadakan Siang Bolong” yang tak lain dan tak bukan adalah ME, saya sendiri.


Dirumah, kalau tidak ada kelas di pasca atau mengajar Bahasa Inggris si Compaq inilah sahabat setiaku. Apalagi kalau hujan berkepanjangan mau nyuci baju susyah njemurnya, mau tidur mulu mata jadi bengkak dan sakit, mau makan tidak ada makanan karena orang rumah pada sibuk kerja..jadi deh kayak orang hilang dirumah sendiri.


Dengan si Compaq aku biasanya dengerin lagu atau nonton Gossip Girl season 2 yang dipinjemin sama Kibol atau baca buku “Nusantara” minjem punya Ida. Kalau bosan nonton mulu atau capek dan leher pegel baca buku, mendengarkan lagu adalah alternative yang tak lekang oleh waktu dimanapun dan kapanpun (walah kayak iklan!). berhubung Hujan adalah trend bulan Januari jadi lagu-lagu yang didengar belakangan yang bernada atau berlirik hampir putus asa atau menyayat hati, seperti Sade—By Your Side, Rocket Rockers—Ingin Hilang Ingatan, Tiket—Hanya Kamu Yang Bisa, Metallica—One, Radiohead—Let Down, Pasto—Aku Pasti Kembali, dan sebagainya. Mungkin karena intensitas yang tinggi mendengarkan lagu-lagu tersebut ditambah rasa sepi yang menyergap relung karena tak berkutik sebab hujan, akhirnya terbitlah puisi-puisi yang nadanya nauzubilah patah hati semua, kodong!


Berhubung saya hanyalah seorang amatiran jadi kurang pede juga menyebutnya puisi, so saya menyebut keluaran ide-ide tersebut sebagai “serpihan kata dalam otakku”, lebih Aku banget sekaligus self-image ini lho Nanda (waduh, semakin ngawur dan ga mudeng nih!).


Akhirnya Thanks to someone yang udah jadi Obyek dalam serpihan kata dalam otakku, Maaf telah memberatkan hatimu dengan sikapku akhir-akhir ini (sha..sha..sedaap!) dan buat semua teman-teman ED’02 yang udah aku susahin dengan sms-sms ku yang ga jelas tapi masih rela dan ikhlas untuk membalas sms-sms tersebut. Halah, kok kayak mau buat Acknowledgment Tesis aja. And last but not least, to quote from Colbie Caillat—Bubbly:

“…They start in my toes
Make me crinkle my nose
Where ever it goes
I always know
That you make me smile
Please stay for a while now
Just take your time
Where ever you go…”

Thursday, January 15, 2009

AnoNiMuS

Telah kuhabiskan detik tuk mencari kata
Telah ku habiskan hari merindukanmu…
Asa yang telah tumbuh kini pupus

Cukup sudah…

Mungkin, aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku,
Tapi pentingkah kini?ketidakjujuran membuktikan segalanya
Bahwa pesona hanyalah topeng, senyum hanyalah kamuflase, perkataan hanyalah silat lidah
Kamu, kamu, kamu…The Dumbing Down of Love

PS: istilahnya "The Dumbing Down of Love" benar g y??maafkan klo rada ST

Wednesday, January 14, 2009

To Good to be True

ditengah hujan deras semalaman tanpa henti


Lagi, terkadang perasaan tak pernah di duga. Dia yang selalu tak terlihat kini tergambar jelas di kepala, mata dan hatiku. Oh mengapa ini terjadi?
Jikalau kau bisa melihatnya, oh, saat diri ini sendiri—adalah disisiku, hanya untukku
Matanya terpatri dibenakku, seolah menjebakku dalam sorotnya yang tajam.. ”you know me better than that”

Apa yang terjadi pada ku, secepat inikah perasaanku bisa berubah, atau benarkah ini adanya? Ketika kau ada disisiku. Aku, diam tak mampu berkata hanya mampu menikmati saat keheningan itu, untuk kupendam dan kurasakan sendiri dalam kesesakkan relung.
Bagaimana kau bisa mengena dihatiku? Jikalau kau bisa melihatnya, oh, saat kau sendiri—ingin ku peluk erat, hanya untukku..baby

i'll tell you you're right when you want
and if only you could see into me